“If you’re playing box-to-box you’ve got to save your energy between runs. To do that you have to work on your positioning by trying to make your run early – whether that’s to get in the box, receive a pass or track a runner – so you don’t have to sprint into the position. Resist the temptation to steam around the pitch, especially in big games. Get in better positions and read the game to conserve energy.” Jack Rodwell
8 tahun yang lalu, ketika saya masih kelas 3 SMP. Saya terpilih untuk menjadi kapten tim yang sudah 3 tahun saya bela, RT 2. Ya anda ga salah baca, saya kapten tim RT (rukun tetangga) di komplek saya untuk turnamen paling bergengsi yang hanya 1 tahun sekali diadakan, "turnamen 17an".
Umur maksimal yang boleh bertanding adalah kelas 3 SMP, jadilah saya pemain paling senior di tim.
Bermain di lapangan kecil, kira-kira seukuran setengah lapangan bola dan dua tim hanya diperkuat oleh 8 orang. Penampilan superior saya yang seolah-olah mampu berada di setiap sudut lapangan dikala itu membuat banyak orang menyangka saya memiliki stamina yang luar biasa.
Faktanya... sama sekali tidak, saya tidak pernah memiliki stamina yang luar biasa dibandingkan dengan teman-teman saya ketika saya kecil. Itu hanya sebagian kecil dari ilusi magis di lapangan sepakbola yang bernama positioning
Cikal bakal ke-anti-mainstream-an saya ternyata sudah dimulai sejak saya kecil. Ketika dulu banyak sekali pemain gelandang bertahan yang menggunakan "otot lebih banyak daripada otak", sebut saja Edgar Davids, Patrick Vieira dan Genarro Gattuso, justru membuat saya ingin tampil berbeda.
Saya ingin tampil jadi gelandang bertahan yang flamboyan, seperti David Beckham, tapi juga jago meng-intercept bola dan membaca permainan seperti Patrick Vieira, dan mencetak gol seperti Christian Vieri (ini semacam semau-mau gue gitu).
Pada saat itu, saya belum tau kalau saya saat itu memainkan peran sebagai box to box midfielder, apalagi memikirkan pentingnya posisi box to box midfielder dalam permainan sepakbola. Hal ini semata-semata agar sisi kegantengan saya tidak hilang karena faktor branding gelandang bertahan yang lebih mirip tukang pukul dibandingkan pemain bola pada masa itu.
8 tahun kemudian, ternyata ramalan saya terbukti. Tidak salah jika orang tua saya menyebut saya adalah seorang yang visioner (it's just a common lie), terbukti saat ini kita sudah menemukan banyak sekali pemain berkarakter seperti itu, tidak hanya jago intercept, membaca permainan dan positioning. Tapi juga flamboyan dan pandai mencetak gol. Aaron Ramsey, Yaya Toure dan Arturo Vidal adalah sebagian kecil contoh dari seorang box to box midfielder.
Mereka adalah manifesto diri saya dalam dunia pararel. Dunia dimana saya terus mengejar mimpi saya untuk menjadi pemain sepak bola.
4 tahun yang lalu, saat saya mulai menyaksikan liga inggris. Saya terkesima dengan permainan seorang anak muda dari Inggris yang bahkan umurnya lebih muda 2 bulan dari saya.
Pada umur yang sama saat itu, saya sedang sibuk belajar untuk persiapan menghadapi ujian semester. Sedangkan dia bermain membela tim kesayangan saya, yang dengan gesitnya mampu menjadi penghubung lini belakang dan lini depan Arsenal.
"Quick, Brave but little bit reckless", tiga kata ini langsung memenuhi otak saya pada saat itu. Tentu tanpa seizin orang tua saya, apalagi orang tuanya, sejak saat itu saya resmi menjadikan Wilshere sebagai idola saya.
Arsene Wenger sendiri pernah bilang, "His best position is as a deep-lying midfielder, where he can be a distributor. He has a good burst and vision,". Wenger tidak salah, tapi justru permainan Wilshere sebagai box to box diantara Alex Song dan Fabregas yang mempesona saya.
Permainan Wilshere yang paling baik adalah ketika membawa bola dari sisi pertahanan ke depan secara cepat, Tidak ada pemain Inggris lainnya yang berhasil melakukan transisi secepat ini selain Paul Gascoigne. Memiliki drible yang cepat dan kaki yang kokoh sehingga sulit dijatuhkan membuat Wilshere terlihat sangat nyaman memainkan peran ini.Tercatat, Wilshere memiliki rata-rata successful dribbles 2,47 per game ketika berada di posisi gelandang bertahan dibandingkan dengan di posisi lain yang hanya 1,55. Juga terlihat dari area heatmap pergerakan Wilshere diatas, jelas tampak bahwa Wilshere mencoba untuk menjadi distributor bola di lini tengah dengan sebagian besar pergerakannya berada di sepertiga lapangan lawan.
Wilshere juga bukan seorang pengumpan yang buruk, musim ini dari 10 penampilan, Wilshere mencatatkan 86% umpan berhasil, dibandingkan dengan pemain di posisi yang sama. Xavi memiliki 95% dan Iniesta yang memiliki 89% umpan berhasil. Jika dua pemain ini adalah bentuk sempurna dari Wilshere, tentu dia masih memiliki banyak ruang untuk tumbuh.
Transformasi posisi dari seorang box to box midfielder menjadi deep lying playmaker ini menunjukkan hal yang menarik bagi saya, this kid can play anywhere in the pitch. Dan DNA box to box midfielder ini masih tersisa di dalam darah Wilshere, terbukti dia lebih banyak mencetak gol dibandingkan dengan assist, 2 gol dan 1 assist sudah dicatatkan sepanjang musim ini.
Wilshere memang keren, jago dribel plus emosi yang meledak-ledak khas english man tentu dengan cepat membuatnya jadi idola siapa saja, termasuk saya.
Tapi jika bisa memilih ingin menjadi seperti siapa saya di dunia pararel yang diri saya menjadi pemain sepak bola, saya dengan jelas akan menjawab Aaron Ramsey
Seorang complete midfielder, sama seperti jin di film aladin, anda bisa meminta apa saja kepada Ramsey. Anda menyuruhnya bertahan dan merebut bola, a piece of cake, Ramsey memimpin perolehan tekel terbanyak di Liga Inggris saat ini. Anda ingin meminta dia untuk lebih rajin menciptakan peluang? 5 assist sudah ditorehkan nya hingga saat ini dan dia bergabung di pemuncak assist liga inggris bersama dengan Ozil dan Giroud. Mencetak gol? seriously? 8 gol masih kurang untuk anda dari seorang box to box midfielder?
Deffensive Attribute
Sekarang, mari kita berbicara statistik. Ramsey memimpin stats sebagai pemain yang paling banyak dan sukses melakukan tekel di liga Inggris, memenangi 84% dari 51 tekel yang dilancarkan musim ini. Secara efektifitas tekel, hanya Joel Ward yang memiliki efektifitas yang lebih baik dengan memenangi 97% tekel. Dibandingkan musim lalu, Ramsey memenangi 3% duel udara dan 8% duel bawah lebih banyak dibandingkan musim lalu. Sebuah peningkatan pesat untuk atribut bertahan dari Ramsey
Dibandingkan dengan seluruh pemain di liga Inggris yang melancarkan 2,5 tackel per game dan membuat lebih dari 5x penampilan musim ini. Ramsey memimpin di posisi more tackles and low foul ratio bersama dengan schneiderlin dan jedinak, luar biasa. Efisien dan taktis adalah gambaran saya terhadap defensive attribute yang dimiliki Ramsey pada musim ini. Dibandingkan dengan gelandang yang dimiliki oleh tim-tim besar lainnya (yang walaupun sebagian besar bukan murni box to box midfielder), seperti Celverley (MU), Parker (Spurs), Ramires (Chelsea), Tiote (Newcastle) dan Fernandinho (City), jelas sekali kalau Ramsey ada di dunia yang berbeda.
Simplenya dapat saya katakan kepada anda, Ramsey adalah pemain terbaik untuk urusan tekel kepada pemain lawan di Liga Inggris saat ini.
Attacking Attribute
Next, kita bakal ngomongin tentang hal nomer 2 dan 3 yang diperlukan untuk jadi box to box midfielder, yakni kemampuan scoring dan assist. Kenapa saya bilang nomer 2 dan 3? karena di era sepakbola modern yang hampir semua tim menggunakan formasi 4-2-3-1, dengan double pivot di depan 4 bek, kemampuan bertahan adalah nomer 1. Tugas utama seorang box to box untuk selain dapat meredam counter attack, juga untuk memecah possesion dari lawan dan membantu serangan balik. Dan tentu saja kemampuan goal scoring dan assist adalah bonus yang manis.
Musim baru berjalan 11 pertandingan dan Ramsey berhasil mencetak 6 gol, berarti hampir 1 gol setiap dua pertandingan. Seluruh pemain yang mencatatkan gol lebih banyak dari Ramsey berposisi sebagai penyerang, Duet Sturridge & Suarez (liverpool), Aguero (City), Remy (Newcastle) dan si sialan Van Persie (MU). Hanya berselisih 1 gol dibawah, menempel ketat Yaya Toure (City) yang juga berposisi sebagai box to box midfielder. Bahkan Ramsey sendiri mencetak lebih banyak gol dibandingkan dengan Giroud yang berposisi sebagai penyerang.
Selain itu, Ramsey juga adalah seorang finisher yang classy. Berhasil mengkonversi 32% dari setiap peluang bersih yang didapat. Atau berarti berhasil mengkonversi 1 dari 3 peluang yang diperoleh. Jauh diatas Giroud yang hanya berhasil mengkonversi 17% dari setiap peluang yang didapat, poor you Giroud :( . Hanya Yaya Toure (36%) dan Romelo Lukaku (36%) yang memiliki konversi gol yang lebih baik dari Ramsey.
Untuk posisi mencetak gol sendiri, Ramsey mencetak 69% golnya dari luar kotak penalti. Tendangan gledek terukur menunjukkan kepercayaan diri Ramsey yang bangkit, tahun lalu hampir bisa saya katakan 90% tendangan Ramsey dari luar kotak penalti hanya akan menganggu lalu lintas penerbangan domestik. Jelas sekali posisi tengah untuk Ramsey adalah posisi yang mematikan bagi tim lawan, Wenger harus berhenti bereksperimen untuk menjadikan Ramsey sebagai winger seperti waktu melawan MU di Old Trafford maupun Dortmund di Emirates Stadium musim ini, such a waste...
Untuk perolehan assist, Ramsey secara luar biasa memimpin bersama 3 pemain Arsenal lainnya yakni Ozil dan Giroud dengan 4 assist musim ini. Walaupun sebenarnya Ramsey hanya mencetak 13 peluang musim ini, jauh dibawah Ozil (24 peluang), Silva (27 peluang) maupun Gerrard (29 peluang), yang tentu saja salah satu penyebabnya adalah karena ketiga pemain tersebut berposisi sebagai playmaker murni yang memiliki kebebasan penuh dan tidak dibebani dengan tanggung jawab untuk menjaga pertahanan.
Musim ini, Ramsey menunjukkan peningkatan yang sangat spektakuler dalam atribut tackle, goal dan assist. Berdasarkan statstik yang dirilis WhoScored, Ramsey berada di posisi nomor 2 sebagai pemain terbaik liga inggris musim ini dengan nilai 8,02. Hal yang sangat berbeda dibanding musim lalu, jika dulu suporter selalu meneriakkan "Boo" kepada ramsey setiap dia menyentuh bola, sekarang kita dengan jelas dapat mendengar chant "One Aaron Ramsey, There's only one Aaron Ramsey..." setiap kali Ramsey memberikan sentuhan magic nya. Peningkatan luar biasa dari sepakbola yang karirnya hampir tamat karena tragedi cedera patah kaki yang sangat-sangat parah...
Mungkinkah Ramsey dan Wilshere bermain bersama? pertanyaan ini muncul di benak saya ketika melihat permainan Arsenal musim ini yang jadi lebih kuat setelah kedatangan Flamini dan kembali sembuhnya Arteta. Ramsey sebagai box to box dan Wilshere sebagai deep lying playmaker, tentu sangat menarik jika menyaksikan mereka bermain bersama sebagai double pivot Arsenal di masa depan.
Wilshere yang memiliki kecepatan dan dribel akan memimpin lini tengah Arsenal ketika serangan balik, dan Ramsey yang akan menjaga kedalaman. Begitu juga sebaliknya ketika arsenal sedang memainkan possesion, Ramsey akan menusuk kedalam kotak penalti dan menjadi false 9, sedangkan Wilshere turun untuk berjaga-jaga dari counter attack lawan.
Secara teoritis, sangat mungkin menyandingkan double pivot ini. Keduanya sangat komplit baik bertahan maupun menyerang. Tapi sepertinya mereka masih membutuhkan waktu untuk meningkatkan kedewasaan dan saling mengenal satu sama lain, tercatat mereka pernah dimainkan bersama oleh Wenger sebagai double pivot ketika Arsenal kalah oleh Aston Villa di pertandingan pertama musim ini.
Simply, keduanya kadang masih terlalu egois dan berebut ingin show-off. Tapi saya dapat pastikan kepada anda, jika saatnya sudah tiba di masa depan, mereka akan menjadi double pivot terbaik yang mungkin pernah dilihat oleh dunia. Huff, saya sangat tidak sabar untuk menanti masa itu :)
Umur maksimal yang boleh bertanding adalah kelas 3 SMP, jadilah saya pemain paling senior di tim.
Bermain di lapangan kecil, kira-kira seukuran setengah lapangan bola dan dua tim hanya diperkuat oleh 8 orang. Penampilan superior saya yang seolah-olah mampu berada di setiap sudut lapangan dikala itu membuat banyak orang menyangka saya memiliki stamina yang luar biasa.
Faktanya... sama sekali tidak, saya tidak pernah memiliki stamina yang luar biasa dibandingkan dengan teman-teman saya ketika saya kecil. Itu hanya sebagian kecil dari ilusi magis di lapangan sepakbola yang bernama positioning
Cikal bakal ke-anti-mainstream-an saya ternyata sudah dimulai sejak saya kecil. Ketika dulu banyak sekali pemain gelandang bertahan yang menggunakan "otot lebih banyak daripada otak", sebut saja Edgar Davids, Patrick Vieira dan Genarro Gattuso, justru membuat saya ingin tampil berbeda.
Saya ingin tampil jadi gelandang bertahan yang flamboyan, seperti David Beckham, tapi juga jago meng-intercept bola dan membaca permainan seperti Patrick Vieira, dan mencetak gol seperti Christian Vieri (ini semacam semau-mau gue gitu).
Pada saat itu, saya belum tau kalau saya saat itu memainkan peran sebagai box to box midfielder, apalagi memikirkan pentingnya posisi box to box midfielder dalam permainan sepakbola. Hal ini semata-semata agar sisi kegantengan saya tidak hilang karena faktor branding gelandang bertahan yang lebih mirip tukang pukul dibandingkan pemain bola pada masa itu.
David Beckham |
8 tahun kemudian, ternyata ramalan saya terbukti. Tidak salah jika orang tua saya menyebut saya adalah seorang yang visioner (it's just a common lie), terbukti saat ini kita sudah menemukan banyak sekali pemain berkarakter seperti itu, tidak hanya jago intercept, membaca permainan dan positioning. Tapi juga flamboyan dan pandai mencetak gol. Aaron Ramsey, Yaya Toure dan Arturo Vidal adalah sebagian kecil contoh dari seorang box to box midfielder.
Mereka adalah manifesto diri saya dalam dunia pararel. Dunia dimana saya terus mengejar mimpi saya untuk menjadi pemain sepak bola.
"[In response to the question, 'Can you promise me that you'll stay at Arsenal forever?'] Yeah, I can promise you that. I’ve been at the club since I was nine and I’ve learnt to love it, from the Vieira days to Bergkamp & even Fabregas. I want to be part of the future." Wilshere
Jack Wilshere |
4 tahun yang lalu, saat saya mulai menyaksikan liga inggris. Saya terkesima dengan permainan seorang anak muda dari Inggris yang bahkan umurnya lebih muda 2 bulan dari saya.
Pada umur yang sama saat itu, saya sedang sibuk belajar untuk persiapan menghadapi ujian semester. Sedangkan dia bermain membela tim kesayangan saya, yang dengan gesitnya mampu menjadi penghubung lini belakang dan lini depan Arsenal.
"Quick, Brave but little bit reckless", tiga kata ini langsung memenuhi otak saya pada saat itu. Tentu tanpa seizin orang tua saya, apalagi orang tuanya, sejak saat itu saya resmi menjadikan Wilshere sebagai idola saya.
Arsene Wenger sendiri pernah bilang, "His best position is as a deep-lying midfielder, where he can be a distributor. He has a good burst and vision,". Wenger tidak salah, tapi justru permainan Wilshere sebagai box to box diantara Alex Song dan Fabregas yang mempesona saya.
Wilshere Heat Map |
Permainan Wilshere yang paling baik adalah ketika membawa bola dari sisi pertahanan ke depan secara cepat, Tidak ada pemain Inggris lainnya yang berhasil melakukan transisi secepat ini selain Paul Gascoigne. Memiliki drible yang cepat dan kaki yang kokoh sehingga sulit dijatuhkan membuat Wilshere terlihat sangat nyaman memainkan peran ini.Tercatat, Wilshere memiliki rata-rata successful dribbles 2,47 per game ketika berada di posisi gelandang bertahan dibandingkan dengan di posisi lain yang hanya 1,55. Juga terlihat dari area heatmap pergerakan Wilshere diatas, jelas tampak bahwa Wilshere mencoba untuk menjadi distributor bola di lini tengah dengan sebagian besar pergerakannya berada di sepertiga lapangan lawan.
Transformasi posisi dari seorang box to box midfielder menjadi deep lying playmaker ini menunjukkan hal yang menarik bagi saya, this kid can play anywhere in the pitch. Dan DNA box to box midfielder ini masih tersisa di dalam darah Wilshere, terbukti dia lebih banyak mencetak gol dibandingkan dengan assist, 2 gol dan 1 assist sudah dicatatkan sepanjang musim ini.
"Once Ramsey score, he can't stop scoring" Arsene Wenger
Aaron Ramsey |
Wilshere memang keren, jago dribel plus emosi yang meledak-ledak khas english man tentu dengan cepat membuatnya jadi idola siapa saja, termasuk saya.
Tapi jika bisa memilih ingin menjadi seperti siapa saya di dunia pararel yang diri saya menjadi pemain sepak bola, saya dengan jelas akan menjawab Aaron Ramsey
Seorang complete midfielder, sama seperti jin di film aladin, anda bisa meminta apa saja kepada Ramsey. Anda menyuruhnya bertahan dan merebut bola, a piece of cake, Ramsey memimpin perolehan tekel terbanyak di Liga Inggris saat ini. Anda ingin meminta dia untuk lebih rajin menciptakan peluang? 5 assist sudah ditorehkan nya hingga saat ini dan dia bergabung di pemuncak assist liga inggris bersama dengan Ozil dan Giroud. Mencetak gol? seriously? 8 gol masih kurang untuk anda dari seorang box to box midfielder?
Deffensive Attribute
Sekarang, mari kita berbicara statistik. Ramsey memimpin stats sebagai pemain yang paling banyak dan sukses melakukan tekel di liga Inggris, memenangi 84% dari 51 tekel yang dilancarkan musim ini. Secara efektifitas tekel, hanya Joel Ward yang memiliki efektifitas yang lebih baik dengan memenangi 97% tekel. Dibandingkan musim lalu, Ramsey memenangi 3% duel udara dan 8% duel bawah lebih banyak dibandingkan musim lalu. Sebuah peningkatan pesat untuk atribut bertahan dari Ramsey
Dibandingkan dengan seluruh pemain di liga Inggris yang melancarkan 2,5 tackel per game dan membuat lebih dari 5x penampilan musim ini. Ramsey memimpin di posisi more tackles and low foul ratio bersama dengan schneiderlin dan jedinak, luar biasa. Efisien dan taktis adalah gambaran saya terhadap defensive attribute yang dimiliki Ramsey pada musim ini. Dibandingkan dengan gelandang yang dimiliki oleh tim-tim besar lainnya (yang walaupun sebagian besar bukan murni box to box midfielder), seperti Celverley (MU), Parker (Spurs), Ramires (Chelsea), Tiote (Newcastle) dan Fernandinho (City), jelas sekali kalau Ramsey ada di dunia yang berbeda.
Simplenya dapat saya katakan kepada anda, Ramsey adalah pemain terbaik untuk urusan tekel kepada pemain lawan di Liga Inggris saat ini.
Attacking Attribute
Next, kita bakal ngomongin tentang hal nomer 2 dan 3 yang diperlukan untuk jadi box to box midfielder, yakni kemampuan scoring dan assist. Kenapa saya bilang nomer 2 dan 3? karena di era sepakbola modern yang hampir semua tim menggunakan formasi 4-2-3-1, dengan double pivot di depan 4 bek, kemampuan bertahan adalah nomer 1. Tugas utama seorang box to box untuk selain dapat meredam counter attack, juga untuk memecah possesion dari lawan dan membantu serangan balik. Dan tentu saja kemampuan goal scoring dan assist adalah bonus yang manis.
Musim baru berjalan 11 pertandingan dan Ramsey berhasil mencetak 6 gol, berarti hampir 1 gol setiap dua pertandingan. Seluruh pemain yang mencatatkan gol lebih banyak dari Ramsey berposisi sebagai penyerang, Duet Sturridge & Suarez (liverpool), Aguero (City), Remy (Newcastle) dan si sialan Van Persie (MU). Hanya berselisih 1 gol dibawah, menempel ketat Yaya Toure (City) yang juga berposisi sebagai box to box midfielder. Bahkan Ramsey sendiri mencetak lebih banyak gol dibandingkan dengan Giroud yang berposisi sebagai penyerang.
Selain itu, Ramsey juga adalah seorang finisher yang classy. Berhasil mengkonversi 32% dari setiap peluang bersih yang didapat. Atau berarti berhasil mengkonversi 1 dari 3 peluang yang diperoleh. Jauh diatas Giroud yang hanya berhasil mengkonversi 17% dari setiap peluang yang didapat, poor you Giroud :( . Hanya Yaya Toure (36%) dan Romelo Lukaku (36%) yang memiliki konversi gol yang lebih baik dari Ramsey.
Untuk posisi mencetak gol sendiri, Ramsey mencetak 69% golnya dari luar kotak penalti. Tendangan gledek terukur menunjukkan kepercayaan diri Ramsey yang bangkit, tahun lalu hampir bisa saya katakan 90% tendangan Ramsey dari luar kotak penalti hanya akan menganggu lalu lintas penerbangan domestik. Jelas sekali posisi tengah untuk Ramsey adalah posisi yang mematikan bagi tim lawan, Wenger harus berhenti bereksperimen untuk menjadikan Ramsey sebagai winger seperti waktu melawan MU di Old Trafford maupun Dortmund di Emirates Stadium musim ini, such a waste...
Untuk perolehan assist, Ramsey secara luar biasa memimpin bersama 3 pemain Arsenal lainnya yakni Ozil dan Giroud dengan 4 assist musim ini. Walaupun sebenarnya Ramsey hanya mencetak 13 peluang musim ini, jauh dibawah Ozil (24 peluang), Silva (27 peluang) maupun Gerrard (29 peluang), yang tentu saja salah satu penyebabnya adalah karena ketiga pemain tersebut berposisi sebagai playmaker murni yang memiliki kebebasan penuh dan tidak dibebani dengan tanggung jawab untuk menjaga pertahanan.
Musim ini, Ramsey menunjukkan peningkatan yang sangat spektakuler dalam atribut tackle, goal dan assist. Berdasarkan statstik yang dirilis WhoScored, Ramsey berada di posisi nomor 2 sebagai pemain terbaik liga inggris musim ini dengan nilai 8,02. Hal yang sangat berbeda dibanding musim lalu, jika dulu suporter selalu meneriakkan "Boo" kepada ramsey setiap dia menyentuh bola, sekarang kita dengan jelas dapat mendengar chant "One Aaron Ramsey, There's only one Aaron Ramsey..." setiap kali Ramsey memberikan sentuhan magic nya. Peningkatan luar biasa dari sepakbola yang karirnya hampir tamat karena tragedi cedera patah kaki yang sangat-sangat parah...
"Di masa depan, saya melihat Ramsey dan Wilshere bersama-sama akan memimpin Arsenal"
Jenkinson, Ramsey, Wilshere, Gibbs dan Ox. Pemain-pemain muda berdarah Inggris ini menandatangani kontrak jangka panjang bersama Arsenal. Mereka akan menjadi backbone dari Arsenal di masa depan. |
Mungkinkah Ramsey dan Wilshere bermain bersama? pertanyaan ini muncul di benak saya ketika melihat permainan Arsenal musim ini yang jadi lebih kuat setelah kedatangan Flamini dan kembali sembuhnya Arteta. Ramsey sebagai box to box dan Wilshere sebagai deep lying playmaker, tentu sangat menarik jika menyaksikan mereka bermain bersama sebagai double pivot Arsenal di masa depan.
Wilshere yang memiliki kecepatan dan dribel akan memimpin lini tengah Arsenal ketika serangan balik, dan Ramsey yang akan menjaga kedalaman. Begitu juga sebaliknya ketika arsenal sedang memainkan possesion, Ramsey akan menusuk kedalam kotak penalti dan menjadi false 9, sedangkan Wilshere turun untuk berjaga-jaga dari counter attack lawan.
Ramsey & Wilshere |
Secara teoritis, sangat mungkin menyandingkan double pivot ini. Keduanya sangat komplit baik bertahan maupun menyerang. Tapi sepertinya mereka masih membutuhkan waktu untuk meningkatkan kedewasaan dan saling mengenal satu sama lain, tercatat mereka pernah dimainkan bersama oleh Wenger sebagai double pivot ketika Arsenal kalah oleh Aston Villa di pertandingan pertama musim ini.
Simply, keduanya kadang masih terlalu egois dan berebut ingin show-off. Tapi saya dapat pastikan kepada anda, jika saatnya sudah tiba di masa depan, mereka akan menjadi double pivot terbaik yang mungkin pernah dilihat oleh dunia. Huff, saya sangat tidak sabar untuk menanti masa itu :)
~Born not as a gooners, but will die as one.~
huuft akuwh juga tak sabar menanti masa itu kak :3
BalasHapus